BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pesta Demokrasi dalam hal pemilihan
pemimpin tiap daerah di era reformasi saat ini sudah sering kita temukan. Mulai
dari pemilihan kepala desa, bupati, hingga gubernur terus mewarnai pesta
demokrasi bangsa ini. Banyak terbentang spanduk dan baliho sang calon pemimpin
daerah dengan janji-janji suci di dalamnya.Di media massa juga sering muncul
gambar-gambar para calon pemimpim yang tidak lelah mengobral janjidan visi
misi. Walaupun dirasakan tidak efektif, namun janji-janji para calon pemimpin
masih manjur di telinga rakyat kecil seperti kita.
Masyarakat pada dasarnya merindukan
sosok pemimpin yang bebaur dengan rakyat dan tegas terhadap kealalaian oknum-oknum
staf pejabat yang menyalah gunakan kepercayaan rakat. Sosok yang diharapkan
bisa memimpin rakyat menuju kesejahteraan dan juga perubahan. Ibarat pepatah
kuno yang menyebutkan bahwa pemimpin pada hakekatnya “ing ngarso sung tulodo ,
ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”. Konsep yang telah diterapkan oleh
pemimpin kharismatik seperti Nabi Muhammad , Mahatma Gandhi , Ir. Soekarno dan
Jokowi di era baru sekarang ini.
2.
Tujuan
.
Tujuan dari penulisan ini adalah
terutama untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Manajemen serta untuk
mengetahuipenegrtian dari kepemimpinn, apa sajakah tipe-tipe dari teori
kepemimpinan itu, kesamaan, serta gaya apa saja yang ada dalam seorang pemimpin
dalam hal ini lebih focus kepada Presiden Soekarno dan Gubernur DKI Joko
Widodo.
3.
Ruang
Lingkup Materi.
Menurut Teas ; Terry ; Hoyt (dalam
Kartono,2003) penegrtian kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi
orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
Moejiono (2202) memandang bahwa
leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat penagruh satu arah, karena
pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya
dengan pengikutnya. Para ahli teori suakrela
(compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai
pemaksaan atau pendeksaan penagruh secara tidak langsung dan sebagai sarana
untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin .
Arti beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemapuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemapuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompok
, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Para pemimpin dan orang-orang yang
dipimpin harus memahami Hakikat Kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb:
1.
Tanggung Jawab, bukan Keistimewaan
Ketika seorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu
Lembaga atau Institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar
sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya. Bukan
hanya dihadapan manusia, tapi juga dihadapan Alloh. Oleh karena itu, jabatan
dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan, sehingga seorang
pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga
ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.
2. Pengorbanan,
Bukan Fasilitas
Menjadi Pemimpin atau Pejabat bukanlah untuk menikmati
kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang
menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan,
apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan
sangat sulit. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam Anggaran Belanja Negara
atau Propinsi dan tingkatan yang
dibawahnyna terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli
pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga
yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau
pejabat.
3. Kerja Keras,
bukan Santai
Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk
menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang
dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa
menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan
kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh
kesungguhan dan optimis
.
4. Melayani, bukan
Sewenang-wenang
Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena
itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar
untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin
sebelumnya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus mempunyai visi-misi
pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan
hidup, ini berarti tiidak ada keinginan sedikitpun untuk membohongi rakyatnya,
apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat, atau kepenntingan rakyat,
padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga, atau golongannya. Bila
pemimpin seperti ini terdapat dalm kehidupan kita, maka ini adalah penghianat
yang paling besar.
5. Keteladanan
dan Kepeloporan, bukan Pengekor
Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya
menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki
sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada
rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia
menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan,
bukanlah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa
menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.
Dan semua Hakekat kepemimpinan tersebut tercermin dari
kepemimpinan Soekarno sebagai mantan presiden pertama republik Indonesia
serta Jokowi sebagai Gubernur DKI
Jakarta saat ini yang sebagai materi dalam pembahasan makalah kepemimpinan.
1.2 TEORI KEPEMIMPINAN “Soekarno
dan Jokowi”
Semua orang Indonesia tidak akan pernah
lupa dengan sosok Soeakrno .Bapak bangsa, sekaligus proklamator kemerdekaan
Replubik Indonesia.
Bung Karno begitu menekankan pentingnya
Nasionalisme (paham Kebangsaan) Indonesia. Dalam pergerakan politiknya sejak
muda hingga beliau memimpin Negara Repunlik Indonesia , nilai-nilai Nasionalismein
ini begitu dikedepankan.Beliau Tahu bahwa Nasionalisme Indonesia lah yang mampu
mempersatukan masyarakat Indonesia yang begitu heterogen , terdiri dari banyak
seuku bangsa dan bahasa, dengan latar belakang budayanya masing-masing.
Teori kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir Soekarno
adalah teori sifat dan situasionalisme.
Soekarno memulai karirnya sebagai pemimpin
organisasi pada usia 26 tahun, tepatnya 14 Juli 1927. Pada saat itu beliau
memimpin sebuah partai politik yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai arah perjuangan kemerdekaan bagi Indonesia. Hal ini mengakibatkan
para pemimpin PNI termasuk Soekarno ditangkap dan diadili oleh pemerintahan
kolonial Belanda. Tetapi pada saat di dalam proses pengadilan Soekarno malah
menyampaikan pandangan politiknya mengenai gugatan terhadap pemerintahan yang
terkenal denangan Indonesia Menggugat.
Sikap Soekarno sebagai pemimpin bangsa pada saat itu sangat menekankan pentingnya persatuan dalam nasionalisme, kemandirian sebagai sebuah bangsa dan anti penjajahan. Hal ini tercermin di dalam pidato-pidato beliau dalam menggelontarkan semnagat revolusi secara besar-besaran untuk lepas daari belenggu imperialisme. Akhirnya Soekarno berhasil menggelontarkan sengat revolusi dan mengajak berdiri diatas kkaki sendiri bagi bangsanya, walaupun belum sempat berhasil membawa rakyatnya dalam kehidupan yang sejahtera.
Konsep "Berdiri di atas kaki sendiri" memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggan pada eksitensi bangsa. Dari pada berdiri diatas utang luar negeru yang terbukti menghadirkan ketergantungfan dan ketidaknyamanan (neokolonialisme).
Ø GAYA KEPEMIMPINAN SOEKARNO
Melihat bagimana seorang Soekarno
memimpin di dalam sebuah organisasi maupun pemerintahan , menunjukkan perannya
yang sentral sebagai seorang pemipin sejati, sebagai seorang inspirator ,
idealis dan sebagai simbol perjuangan
rakyat dalam menegakkan Negara yang berdaulat yang dapat dijadikan sebagai
panutan. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno memiliki beberapa sifat
kepemimpinan yang dibutuhkan oleh pemimpin yang mandiri diantaranya :
a)
Kepemimpinan
Yang Transformatif
Beliau mampu mendorong dan menggerakkan
rakyat guna memafaatkan potensi dan kapabilitasnya untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang tidak
banyak berkeluh kesah , melainkan kepemimpinan yang memiliki daya juang dan
motivasi tinggi. Sehingga kepemimpinannya mampu memotivasi dan menganspirasik
bangsanya .
b)
Kepemimpinan
Visioner
Soekarno adalah pemimpin yang visioner
yaitu kepemimpinan yang mapu melihat gambaran masa depan. Gambaran masa depan
itu adalah cita-cita yang ingin dituju . Dengan visi itu, Beliau dapat
mengarahkan dan mengerahkan segala kemampuan (capability) bangsa untuk
mewujudkan visi tersebut. Kepemimpinan yang visioner adalah kepemimpinan yang
mengetahui arah bangsa dalam setiap kecenderungan dan perubahan zaman.
c)
Kepemimpinan
Yang Kuat (Strong Leadership)
Kepemimpinan yang kuat adalah
kepemimpinan yang tegas, jelas, berkarakter, yang menyatukan perkataan dengan
perbuatan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar harus memiliki kepastian.Kepastian
itu bisa berupa kepastian tentang arah
program dan kebijakan , serta kepastian keadilan dan hokum, maupun kepastian
akses mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak.
d)
Kepemimpinan
Nasional – Kerakyatan
Kepemimpinan nasional kerakyatan adalah
kepemimpinan yang memiliki sensitivitas kepedulian yang tinggi terhadap
kepentingan nasional dan rakyat. Sehingga kebijakan politik atau ekonomi dari
kepemimpinan haruslah bermuara dan
berorientasi pada kepentingan nasional dan masyarakat.
Gaung Reformasi Birokrasi di Indonesia
mulai mengemuka kembali sejak lahir era reformasi tahun 1998, terutama setelah
bangsa Indonesia dilanda macam permasalahan kritis yang tak berkesudahan dengan
silih berganti permasalahan- permasalahan strategis muncul merupakan implikasi
dari kelemahan system organisasi pemerintahan yang carut marut , termasuk
akibat dari perilaku kepemimpinan organisasi di seluruh negeriini, yang tidak
memiliki kemampuan memimpin organisasi yang baik ataupun bermutu. Perkembangan
ekonomi yang tak kunjung meningkat , korupsi semakin membudaya , pelayanan
publikpun tak kunjung prima, akbiat dari budaya suap disana sini semakin tidak
dapat dikendalikan.Pelayanan public yang
berkualitas dan baik tak terlepas dari bagaimana kepemimpinan sebuah organisasi
yang menjalankan roda administrasi pemerintahan sebagai garda paling depan dari
sebuah birokrasi .
Permasalahan utama adalah pemerintah
tidak atau belum memiliki dan membuat grand design reformasi berokrasi yang
memiliki visi dan misi yang mengarah kepada pengembangan kreativitas , tujuan ,
sasaran , tim work yang hendak di capai
sebagai tujuan sebuah organisasi birokrasi. Dengan demikian jelaslah bila kita
nmelihat kondisi yang terjadi di Republik Indonesia ini seperti sebuah Negara
yang gagal (failed states) , maka tidak salah lagi jawabannya kunci untuk
mengatasi kegagalan it uadalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualitas
yang tinggi, yang dapat di raih apabila kita memilki kepemimpinan Nasioal yang hebat ,dan berkualitas dari berbagai macam aspek
kemapuan.
Dahulu pemimpin yang cerdas dan tegas
terangkum dalam diri Ir Soekarno, yang mana ia mampu mengantarkan bangsa
Indonesia menuju kemerdekaan. Dan saat ini
tugas pemimpin bangsa Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan serta
memajukan bangsa.
Menurt Peter F Druker , para pemimpin
bangsa abad 21 haruslah memiliki Sumber
Daya Manusia yang mempunyai kemampuan paling sedikit 3 bidang kemampuan
atau kompetensi , (M.H Matondang ,2008) yaitu :
a)
Kompetensi Pribadi (personal mastery)
o
Memiliki Integritas tinggi (jujur,
loyal,beriman)
o
Memiliki visi yang jelas
o
Kreatif dan Inovatif
o
Tidak mudah merasa puas
o
Fleksibe; dan memiliki kematangan jiwa
o
Memilki wibawa dan kharismatik
o
Mempunyai idealism dan cinta tanah air
(NKRI)
b)
Kompetensi Kepemimpinan (leadership
mastery)
o
Kempuan berkomunikasi
o
Memiliki kemampuan memotivasi orang lain
o
Memiliki kemampuan membuat keputusan
yang cepat dan tepat
o
Memiliki kemampuan untuk mengelola
konflik
o
Memiliki kemampuan berorganisasi
o
Memiliki kemampuan memimpin tim kerja
o
Memiliki kemampuan untuk mengendalikan
stress
c)
Kompetensi Organisasi
(organzational mastery)
o
Mampu mengembangkan organisasi
o
Memiliki ketrampilan operasioal
o
Memiliki kesadaran biaya yang tinggi
(concontsciouseness)
o
Memiliki kemapuan manajemen stratejik
o
Memahami aspek makro dan mikro ekonomi
o
Mampu meraih peluang (entrepreneur
thinking)
o
Mampu mengadakan pengkaderan generasi
penerus
Kemudian dari tiga komponen besar ini
maka pemimpin sebuah organisasi haruslah dapat memahami dan belajar siapa dirinya,
apa yang berarti bagi kehidupannya, dan kemudian mempunyai keberanian untuk
bertindak dan memperjuangkannya.
Joko
Widodo Gubernur DKI asal solo mendemonstrasikan model kepemimpinan tersebut
dengan tidak mementingkan diri sendiri, terbukti ia sebelum dilantik membuat
komitmen untuk tidak berbuat korupsi
Popularitas gubernur Jokowi saat ini
sangat menguat. Kekuatannya melebihi pemimpin nasional populer yang sudah ada
sekarang. Siapapun melihat Jokowi memiliki persepsi yang hampir sama. Siapapun
memberikan nilai positif. Kalaupun ada yang mengkritik Jokowi akan menjadi
bumerang bagi pengkritiknya. Sekalipun dikritik, dijelekkan, atau disindir,
Jokowi tidak pernah repot menjawab atau membalas. Jokowi percaya diri dengan
langkahnya, lebih baik kerja, blusukan, dan solusi nyata. jelasnya, profil
Jokowi membuka mata bangsa ini akan seseorang pemimpin yang berbeda, pemimpin
yang seolah-olah diidolakan, dibutuhkan, dan diharapkan.
Hal yang menonjol dilakukan oleh
Jokowi adalah melakukan rebranding kota Solo yang dipimpinnya, yang semula
buruk penataannya & banyak terjadi penolakan masyarakat untuk ditertibkan,
menjadi bagian dari bagian dari Organisasi kota warisan dunia tahun 2006 dan
bahkan tuan rumah Festival Musik Dunia. Kepemimpinan Jokowi pun diuji oleh
pertengkaran dalam Keraton Surakarta dan berhasil pula didamaikan oleh beliau
dengan melakukan pendekatan personal selama 8 (delapan) bulan.
Ditahun 2008, Jokowi menerima penghargaan dari Majalah Tempo sebagai salah satu dari “10 Tokoh 2008” yang dilanjutkan di tahun 2011 ketika menerima penghargaan Bintang Jasa Utama sebagai Kepala Daerah yang sukses mengabdikan dirinya kepada rakyat. Dan yang tidak kalah fenomenalnya ialah, Jokowi yang dahulu adalah pengusaha, menjabat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Surakarta, dengan tidak bersedia menerima gaji. Jokowi dapat dikatakan sebagai simbol kepemimpinan baru yang sudah lama dinantikan sebagai alternatif pemimpin oleh warga negara RI saat ini yang sudah lelah dengan stagnansi kepemimpinan yang penuh dengan tindakan korupsi dan janji retorika kosong. Berikut tayangan YouTube dari CameoProject tentang Jokowi & Basuki dalam kampanye Pilgub Jakarta 2012 kemarin.
Ditahun 2008, Jokowi menerima penghargaan dari Majalah Tempo sebagai salah satu dari “10 Tokoh 2008” yang dilanjutkan di tahun 2011 ketika menerima penghargaan Bintang Jasa Utama sebagai Kepala Daerah yang sukses mengabdikan dirinya kepada rakyat. Dan yang tidak kalah fenomenalnya ialah, Jokowi yang dahulu adalah pengusaha, menjabat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Surakarta, dengan tidak bersedia menerima gaji. Jokowi dapat dikatakan sebagai simbol kepemimpinan baru yang sudah lama dinantikan sebagai alternatif pemimpin oleh warga negara RI saat ini yang sudah lelah dengan stagnansi kepemimpinan yang penuh dengan tindakan korupsi dan janji retorika kosong. Berikut tayangan YouTube dari CameoProject tentang Jokowi & Basuki dalam kampanye Pilgub Jakarta 2012 kemarin.
Menurut jokowi
zaman telah banyak berubah. Masyarakat jenuh dengan sosok pemimpin yang
serba eksklusif. Untuk itu, pemimpin harus bisa bergaul secara horizontal,
menyentuh rakyat dari akar rumput terbawah.. Jokowi menempatkan
orang lain di depan dirinya adalah suatu kunci kepemimpinan sukses, sampai mau
masuk ke dalam gorong-gorong drainase di jalan Mh Tamrin Jakarta unutk memberi
contoh kepada birokrasi yang lain. Jokowi lakukan saat ia santun berpolitik
dalam rangka meraih kursi walikota Solo, dan Gubernur DKI Jakarta , Ia mencoba
unutk memberikan kartu pendidikan dan kesehatan gratis kepada masyarakat bawah,
ia blusukan dengan pubik bawah , menengah , atas maupun kumuh.
Sosok Jokowi adalah
figure yang cerdas dan pandai dalam memimpin kota solo dan Jakarta sebagai
Ibukota Negara yang cukup rumit, komplek dalam segala konstelasi ekonomi ,
politik, social, agama, keamanan dan etnis. Namun model kepemimpinan
transformasional inilah yang diopsi oleh Jokowi dengan dicampur dengan model
kepemimpinan budaya jawa, lesehan,berna,moralis,demokratis dan karismatis,
sehingga beliau disegani , disayangi , dihormati oleh rakyatnya.
Gaya kepemimpinan seperti inilah
sekarang yang diidiam idamkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, semua
masyarakat menanti pemimpin negeri ini
dimasa pasca SBY, bias lebih memposisikan sebagai pemimpin yang multi Jokowi
saat ini agar bangsa ini semakin menajdi negeri yang terhormat dimata rakyat ,
dan bangsa lain di dunia ini. Sebagai eskpektasi yang tidak boleh putus asa.
Menganalisa kepemimpinan Jokowi perlu
dilengkapi dengan karakter pribadinya
1)
Simpel
dan Efisien
Tampilan Jokowi saat blusukan
menunjukkan betapa ia seorang yang efisien, Dalam blusukan , ia berpakaian
sipil harian (kemeja panjang putih, dengan lengan dilipat), ditemani hanya
beebrapa orang, dan relative jarang dikawal (tanpa protokoler resmi). Ia tidak suka dikawal voorider dengan suara
sirine. Sikap Jokowi ini benar- benar simple, tidak merepotkan dan efisien
dalam biaya, Ia ingin tampil sederhana agar bias mendekati rakyat , memahami
permasalahan rakyat , dan memeberikan kepercayaan untuk lahirnya solusi.
2)
Substansi
Joko Widodo selalu berkata jujur dan nyata tentang ruwetnya permasalahan
Jakarta.Membenahi lingkungan Jakarta
serta kemacetan yang semakin menjadi
rutinitas diakui Jokowi sangan berat dalam penanganan. Akan tetapi keteguhan
hati serta komitmen nya Gubernur DKI Jakarta tersebut terus mencari solusi dan
jalan keluar untuk permasalahan yang saat ini menjadi proyek penyelesaiannya
tersebut.Pernyataan yang tegas dan jelas itu mencerminkan sikap dalam memahami
sesuatu dan melangkah . Sikap pemimpin seperti ini membuat rakyat atau anak buahnyamerasa pasti
, nyaman dan aman. Jajaran anak buahnya akan ikut tegas mematuhi pemimpinnya,
dan tidak mudah dibawa kea rah kepentingan tertentu.
3)
Rendah
Hati dan Penyabar
Jokowi memperlihatkan seorang yan
grendah hati. Ia tidak pernah menunjukkan kelebihan atau keberhasilan,
sebaliknya ia lebih suka menyatakan berusaha, bekerja , blusukan. Meski
popularitasnya naik, ia tetap biasa saja.Walaupun ia dikritik, diejek atau d
irendahkan , ia pun menerima sebaga bahan evaluasi. Ia benar- benar sabar,
tahan banting , tidak ada nada perlawanan, menunjukkan akhlak yang baik.
Beberapa Persamaan Model
kepemimpinan Jokowi dan Presiden Soekarno :
ü “Servant Leadership” : merupakan
kerangka kerja teoristis yang
mengutamakan pelayanan
kepada masyarakat sebagai motivasi
kunci seorang pemimpin . Selain itu tambah Larry Spears (1966) “Servant
Leadership” menekan pendekatan holistic kepada pekerjaan , kepekaan terhadap
kepentingan masyarakat dan pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan .
ü “Listening” : Mendengar Aspirasi Rakyat.
ü “empaty” : Merasakan penderitaan rakyat.
ü “Awareness” : Kesadaran yang kental akan situasi
yang
berhubungan
dengan rakyat .
ü “Direction” : Arahan langsung yang efektif
terhadap staf – staf
pegawai sehingga tercontrol salam suatu
komando
yang baik dan terarah.
ü “Stewardship” :Memberikan
kenyaman yang terbaik untuk
rakyatnya.
ü “Innovation” : Menciptakan sesuatu yang baru
(proses , system
kerja yang efekti dan effisien unutk
kepentingan rakyat.
ü “Persuasion” : Dengan sama- sama mempunyai
inerbeauty
karismatik yang kuat , sehingga mampu merubah sikap, perilaku, bahkan keyakinan pihak lain dalam hal ini
berbagai macam bentuk masyarakat yang dipimpin sehingg persuasinya cepat
diterima oleh segenap masyarakat tanpa adanya paksaan.
1.3 Kepemimpinan Yang Melayani
Masalah gaya kepemimpinan adalah masalah selera dan pembawaan.
Sehingga yang menilai pun akan sangat tergantung pada selera yang melihat.
Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) merupakan
suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis
kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan
(Servant Leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan,
kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya.
Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi
dengan standar moral spiritual.
Greenleaf
(2000) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami
untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran seseorang ingin
memimpin. Greenleaf (2002)
mendifinisikan pemimpin yang melayani adalah seorang pemimpin yang sangat
peduli atas pertumbuhann dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dann komunitasnya
dan karenanya ia mendahulukan hal-hal tersebut dibandingkan dengan pencapaian
ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja.
Keutamaan Kepemimpinan yang Melayani
Kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena
hubungan antara pemimpin (leader) dengan pengikut (followers) berorientasi
pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin-pelayan mempunyai
tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih
sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk
mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin. Kepemimpinan yang melayani dapat
diterapkan pada semua bidang profesi, organisasi, lembaga, perusahaan
(bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.
Ciri – Ciri
pemimpin yang Melayani :
1.
Memiliki Visi Pemimpin.
Visi adalah arah ke mana
organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin.
Pemimpin ibarat seorang nakhoda yang harus menentukan ke arah mana kapal dengan
penumpangnya akan diarahkan. Visi sama pentingnya dengan navigasi dalam
pelayaran. Semua awak kapal menjalankan tugasnya masing-masing, tetapi hanya
nakhoda yang menentukan arah kapal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Visi
pemimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa depan,
pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja untuk kepentingan
organisasi. Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya dan
menjembatani masa kini dengan masa depan yang lebih baik sesuai kondisi (sosial
politik, ekonomi dan budaya) yang diharapkan. Visi juga mengandung harapan-harapan
(atau bahkan mimpi) yang memberi semangat bagi orang-orang yang dipimpin. Ada
ungkapan bahwa pemimpin adalah “pemimpi” (tanpa n) yang sanggup mewujudkan
mimpinya menjadi kenyataan. Visi pemimpin-pelayan adalah memberi arah ke mana
orang-orang yang dipimpin dan dilayani akan dibawa menuju keadaan yang lebih
baik misalnya menyangkut : penanggulangan kemiskinan, pengangguran, perbaikan
pendidikan dan rasa keadilan masyarakat. Burt Nanus dalam bukunya Kepemimpinan
Visioner mengatakan : Tak ada mesin penggerak organisasi yang lebih
bertenaga dalam meraih keunggulan dan keberhasilan masa depan, kecuali visi
yang menarik, berpengaruh, dan dapat diwujudkan, serta mendapat
dukungan luas.
2.
Orientasi pada Pelayanan.
Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan,
bukan untuk mencari pujian atau penghormatan diri. Sikap melayani terutama
ditujukan untuk mereka yang paling membutuhkan pelayanan. Ia harus berpihak
kepada mereka yang secara sosial ekonomi, pendidikan dan sosial budaya
membutuhkan pelayanan lebih besar. Pelayanan sejati didorong oleh rasa cinta
kasih, bukan untuk mencari popularitas atau mendapatkan pamrih tertentu.
Pelayanan sejati adalah buah dari cinta kasih. Pada era otonomi daerah,
setiap daerah berusaha memperjuangkan kenaikan anggaran belanja daerahnya.
Namun sering timbul pertanyaan di kalangan masyarakat : Apakah dengan kenaikan
anggaran belanja negara/ daerah terjadi juga perbaikan pada pelayanan
masyarakat ? Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan masyarakat yang
paling bawah karena ia memegang mandat mayoritas rakyat yang memerlukan
pelayanan. Peningkatan pada anggaran belanja harus disertai dengan perbaikan
pada pelayanan masyarakat, bukan sebaliknya memberi peluang pada penyalahgunaan
keuangan negara/Daerah.
3.
Membangun Kepengikutan (Followership).
Pemimpin-pelayan mengutamakan terciptanya kepengikutan (followership)
karena dalam kenyataannya keberhasilan organisasi lebih banyak ditentukan
oleh para pengikut atau para pemimpin di bawahnya. Penelitian yang dilakukan Profesor Robert E. Kelley, pelopor
pengajaran Followership and Leadership dari Carnegie-Mellon Unversity,
menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi 80 persen ditentukan oleh para
pengikut (followers) dan 20 persen merupakan kontrubusi pemimpin (leader).
Pengikut yang bekerja dengan semangat dan memiliki komitmen penuh akan
menentukan keberhasilan pemimpin. Pemimpin yang bekerja sendiri (single
player/ single fighter) dan tidak menciptakan pengikut tidak akan
mencapai hasil yang diharapkan. Pengalaman menunjukkan ada pemimpin yang secara
pribadi memiliki kemampuan dan pandai, tetapi kurang berhasil dalam memimpin
karena tidak menciptakan pengikut yang solid. Pemimpin-pelayan mengatakan
setiap keberhasilan sebagai keberhasilan “kita” dari pada keberhasilan
“saya” atau “kami”. Sebaliknya apabila terjadi kegagalan,
merupakan kegagalan “saya” dan pemimpin bersedia memikul tanggungjawab.
4.
Membentuk Tim dan Bekerja dengan Tim.
Pemimpin-pelayan harus membentuk tim (team
work) dan bekerja dengan tim tersebut. Ia meminta tim untuk mengikutinya,
menjelaskan visi dan misi, serta mempercayakan timnya untuk bekerja. Pemilihan
anggota tim atau staf/pembantu sangat penting agar ia dapat berhasil mencapai
tujuan dengan efektif dan efisien. Ia harus pandai-pandai memilih orang-orang
kaya arti yang mau bekerja keras untuk organisasi, bukan orang yang miskin
arti yang tidak berbuat apa-apa, atau orang berlawanan arti yang
cenderung menimbulkan masalah bagi organisasi. Diilustrasikan seperti
sekelompok orang yang memikul beban (beban tugas organisasi), ada yang
benar-benar memikul beban, ada yang pura-pura memikul dan ada yang
bergelantungan pada beban yang dipikul. Pemimpin harus memiliki kejelian
memilih anggota tim, antara lain melalui rekam jejak (track record), bakat
(talenta), pekerja keras, kapabiltas, mentalitas dan moralitas anggota tim.
5.
Setia pada Misi.
Kalau visi
adalah arah ke depan ke mana bahtera organisasi akan dibawa, maka misi adalah
bagaimana menjalankan tugas-tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pemimpin membuat rencana-rencana yang dikaitkan dengan jangka waktu tertentu,
program-program kerja serta perangkat lain yang membantunya dalam menjalankan
misi. Misi pemimpin-pelayan adalah melayani mereka yang membutuhkan. Ia harus
selalu setia pada misi pelayanan dalam kondisi apa pun, kondisi baik atau
buruk, karena dengan demikian tujuan organisasi dapat dicapai. Kesetiaan pada
misi, juga diterapkan secara konsisten dan konsekuen pada penggunaan anggaran
negara/Daerah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, karena dana/anggaran
itu berasal dari rakyat. Rambu-rambu peringatan untuk tetap setia pada misi
sebenarnya telah diucapkan seorang pemimpin pada waktu melafalkan Sumpah
Jabatan. Namun, dalam kenyataannya sumpah jabatan yang diucapkan “demi
Allah” seringkali dilanggar karena kelemahan sang pemimpin. Materialisme,
hedonisme dan konsumerisme sedang mengepung kehidupan umat manusia, termasuk
para pemimpin. Orang cenderung tergoda ingin memiliki materi lebih (having) ketimbang
menjadi manusia yang lebih bermartabat (being).
6.
Menjaga Kepercayaan.
Menjadi pemimpin adalah menerima
kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui organisasi atau pemerintah untuk
memimpin rakyat. Pemimpin adalah orang-orang pilihan di antara sejumlah
orang-orang lain dan pilihan itu didasarkan pada beberapa kelebihan tertentu
yang menyebabkan ia dipercaya untuk menjadi pemimpin. Maka kepercayaan yang
diterimanya harus dijaga dan dipelihara dengan membuktikan melalui
tindakan-tindakan nyata melayani rakyat dan menghindari hal-hal yang membuat
orang kehilangan kepercayaan kepadanya. Bila seorang pemimpin mengkhianati dan
kehilangan kepercayaan dari organisasi dan rakyat yang dipimpinnya maka
sebenarnya ia sudah kehilangan roh kepemimpinannya, walaupun jabatan formal
sebagai pemimpin masih melekat padanya.
7.
Mengambil Keputusan.
Keputusan
pemimpin adalah kekuatan dalam memimpin dan mengelola organisasi. The
power to manage is the power to make decision. Seorang pemimpin-pelayan harus berani
mengambil keputusan yang membuktikan keberpihakannya pada rakyat kecil. Salah
satu contoh : rakyat di desa memiliki keterampilan untuk membuat aneka
kerajinan tangan yang khas tetapi tidak memiliki akses ke pasar. Mereka
memiliki keterampilan memproduksi aneka kerajinan tangan tetapi mengalami
keterbatasan modal kerja dan pemasaran produk-produk lokal yang dihasilkan.
Pemimpin-pelayan dapat mengambil keputusan untuk mewajibkan masyarakat
menggunakan produk lokal untuk membantu industri kecil / industri rumah tangga
di desa-desa. Keputusan yang berpihak pada rakyat kecil akan didukung oleh
masyarakat luas, apalagi bila dipelopori oleh para pemimpin / pejabat dengan
menggunakan produk lokal.
Beberapa ciri dan keutamaan
kepemimpinan yang melayani Antara Jokowi
dan Soeakrno
Jokowi :
1.Tidak
memakai Vorijder
Sudah lazim bagi seorang pejabat untuk menggunakan Vorijder. Apalagi untuk situasi di Jakarta yang sangat identik dengan kemacetan. Ada beberapa nilai positif yang bisa dipetik. Pertama, dengan ikur merasakan kemacetan, dia bisa memikirkan solusi yang lebih tepat dengan keadaan yang ada. Kedua, menumbuhkan rasa ikatan yang lebih kuat antara pemimpin dan rakyatnya, karena pemimpin mau ikut merasakan kendala yang terjadi dala kehidupan sehari-harinya. Ketiga, mengurangi ajang pamer kekuasaan. Vorijder toh tetap dibutuhkan, tapi dalam kapasitas dan waktu yang memang harus tepat.
2. Melantik Walikota di kampung kumuh
Terobosan yang menarik sekaligus luar biasa. Tidak banyak, bahkan mungkin belum ada kita temukan terobosan seperti ini. Nilai positif yang bisa diambil. Pertama, Masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan pemimpin mereka. Paling tidak ditengah kesibukan mejalani kehidupan keseharian, mereka bisa melihat secara langsung, ini toh lurah mereka. Ini toh camat mereka. dan ini toh walikota mereka. Kedua, (harusnya) menimbulkan rasa dan keinginan yang lebih bagi pemegang keputusan untuk segera membenahi kampung-kampung kumuh tersebut, sehingga seperti apa yang dikatakan JOKOWI, dalam setahun 100 kampung kumuh bisa dibenahi bisa terealisasi.
3. Menaikkan UMP Jakarta menjadi 2,2 Juta rupiah.
Sudah lazim bagi seorang pejabat untuk menggunakan Vorijder. Apalagi untuk situasi di Jakarta yang sangat identik dengan kemacetan. Ada beberapa nilai positif yang bisa dipetik. Pertama, dengan ikur merasakan kemacetan, dia bisa memikirkan solusi yang lebih tepat dengan keadaan yang ada. Kedua, menumbuhkan rasa ikatan yang lebih kuat antara pemimpin dan rakyatnya, karena pemimpin mau ikut merasakan kendala yang terjadi dala kehidupan sehari-harinya. Ketiga, mengurangi ajang pamer kekuasaan. Vorijder toh tetap dibutuhkan, tapi dalam kapasitas dan waktu yang memang harus tepat.
2. Melantik Walikota di kampung kumuh
Terobosan yang menarik sekaligus luar biasa. Tidak banyak, bahkan mungkin belum ada kita temukan terobosan seperti ini. Nilai positif yang bisa diambil. Pertama, Masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan pemimpin mereka. Paling tidak ditengah kesibukan mejalani kehidupan keseharian, mereka bisa melihat secara langsung, ini toh lurah mereka. Ini toh camat mereka. dan ini toh walikota mereka. Kedua, (harusnya) menimbulkan rasa dan keinginan yang lebih bagi pemegang keputusan untuk segera membenahi kampung-kampung kumuh tersebut, sehingga seperti apa yang dikatakan JOKOWI, dalam setahun 100 kampung kumuh bisa dibenahi bisa terealisasi.
3. Menaikkan UMP Jakarta menjadi 2,2 Juta rupiah.
Inilah
sejarah kenaikan UMP terbesar yang pernah ada. Rata-rata kenaikan UMP berkisar
10-15%. Tapi dengan menaikkan UMP dari 1,53 Juta rupiah menjadi 2,2 juta
rupiah, Jokowi telah menaikkan UMP sebesar 44%. Luar biasa memang. Walaupaun
penuh dengan kontroversi dan keluhan dari pihak pengusaha, kebijakan ini akan
tetap bergulir di 2013.
4. Keluar masuk pasar, berkeliling kampung, sidak kantor kecamatan dan kelurahan.
Kegiatan ini bahkan dilakukan Jokowi mulai hari pertama kepemimpinannya sebagai gubernur Jakarta. Sekali lagi, dengan mengetahui kondosi di lapangan Jokowi berharap bisa menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang ada. Walau masih merupakan rencana, kegiatan "keliling-kelilingnya" ini disinyalir akan menelurka keputusan bahwa : PKL akan dipindahkan dari Trotoar ke dalam Mall dan pembuatan apartemen di atas pasar. Layak ditunggu.
4. Keluar masuk pasar, berkeliling kampung, sidak kantor kecamatan dan kelurahan.
Kegiatan ini bahkan dilakukan Jokowi mulai hari pertama kepemimpinannya sebagai gubernur Jakarta. Sekali lagi, dengan mengetahui kondosi di lapangan Jokowi berharap bisa menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang ada. Walau masih merupakan rencana, kegiatan "keliling-kelilingnya" ini disinyalir akan menelurka keputusan bahwa : PKL akan dipindahkan dari Trotoar ke dalam Mall dan pembuatan apartemen di atas pasar. Layak ditunggu.
Soekarno :
Melihat bagaimana seorang Soekarno memimpin di dalam sebuah
organisasi maupun pemerintahan, menunjukkan perannya yang sentral sebagai
seorang pemimpin sejati, sebagai seorang inspirator, idealis dan sebagai simbol
perjuangan rakyat dalam menegakkan negara yang berdaulat yang dapat dijadikan
sebagai panutan. Akan tetapi,ia akhirnya dijadikan kambing hitam atas peristiwa
yang mengakibatkan kekacauan politik di masa akhir kepemimpinannya. Dan gaya
yang diterapkannya jelas menunjukkan bahwa Soekarno merupakan tipe pemimpin
yang demokratis dengan mengedepankan semangat persatuan di atas kepentingan
golongan, kelompok, ras, suku,agama tertentu akan tetapi juga ada yang
menilainya sebagai pemimpin yang bertipe otoriter karena terkesan memaksakan
kebijakan pemerintahannya kepada lembaga legislatif pada saat itu. Sebagai
seorang pemimpin sejati soekarno mampu membawa arah perjuangan tetap konsisten
meskipun banyaknya rintangan yang dihadapinya. Dapat dijadikan contoh ketika
beliau berkali-kali dipenjara oleh pemerintahan kolonial, beliau tetap tegar
bahkan semakin lantang dalam menentang penjajahan sampai memperoleh
kemerdekaannya. Dalam hal sebagai inspirator atau seorang idealis Soekarno
dapat menunjukkan prestasinya melalui rumusan Pancasila yang menjadi dasar
negara hingga sekarang disamping pemikiran-pemikiran yang lain seperti
Marhaenisme, kemandirian untuk hidup di atas kaki sendiri, nasionalisme
persatuan di atas perbedaan yang ada di dalam negara dan satu idealisme yang
kontroversial mengenai konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis) demi
tercapainya persatuan bangsa mencapai eksistensinya di dalam mempertahankan
kemerdekaan. Sebagai pemimpin yang idealis, Soekarno tidak mudah terpengaruh
dengan keadaan bangsa ketika dihadapkan pada situasi yang sedang gawat. Beliau
tetap berada untuk berada di atas prinsipnya sendiri dan menghindari campur
tangan asing. Idealis seperti ini tercermin dengan seringnya pergantian sistem
pemerintahan demi mengatasi masalah di dalam keadaan yang berbeda-beda. Bahkan
idealismenya terlihat agak otoriter karena harus memaksakan keputusannya dalam
mengatasi krisis dengan dekrit presiden, dan mengangkat dirinya menjadi
presiden seumur hidup misalnya. Pada masa perjuangan menegakkan kedaulatan
bangsa, Soekarno layak disebut sebagai simbol perjuangan karena pada saat itu
beliau mampu tampil sebagai diplomat dan orator yang mampu mengobarkan semangat
perjuangan rakyat. Keberanian beliau terlihat ketika menyuarakan secara
berapi-api tentang revolusi nasional, antineokolonialisme dan imperialisme. Dan
juga kepercayaannya terhadap kekuatan massa,kekuatan rakyat. Beliau adalah
seorang pemimpin yang rendah hati disamping sebagai seorang pemberani. Sifat
ini dapat dilihat dari dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Beliau berkata
“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku
berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” Maka pantas apabila
beliau dijadikan simbol perjuangan rakyat karena ketulusannya demi dan untuk
rakyatnya.
Pada akhirnya, Soekarno tetaplah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahaan yang harus beliau bayar dengan melepaskan jabatannya sebagi Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada akhir jabatannya beliau dianggap bersalahdengan terjadinya tragedi G 30 S PKI yang mengakibatkan beliau harus menjadi kambing hitam (as scapegoat) atas terjadinya peristiwa itu dan harus turun tahta dari pemimpin bangsa setelah beliau berhasil mengawalinya.
Pada akhirnya, Soekarno tetaplah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahaan yang harus beliau bayar dengan melepaskan jabatannya sebagi Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada akhir jabatannya beliau dianggap bersalahdengan terjadinya tragedi G 30 S PKI yang mengakibatkan beliau harus menjadi kambing hitam (as scapegoat) atas terjadinya peristiwa itu dan harus turun tahta dari pemimpin bangsa setelah beliau berhasil mengawalinya.
1.4
Kepemimpinan Sejati
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan
dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika kkeberaniannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat
itulah seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar, melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam siri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak
ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu
yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau
menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan
pekerjaan, maupun bagi lingkungan social dan bagi negerinya.
Sering kali seorang pemimpin sejati
tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi
atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah
yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat
(encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah
sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor &
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati
dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah
kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Seperti yang dikatakan oleh penulis
buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati
dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala –
galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa
kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya
tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas,
seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sifat dan karakter pemimpin sejati
melekat kepada dua tokoh pemimpin yaitu Ir. Soekarno dan Joko Widodo. Mereka
selalu mampu melayani rakyatnya dengan sabar. Mereka sering menuai gagasan –
gagasan atau ide – ide yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyatnya. Kedua pemimpin
tersebut mempunyai unsur Q leader dalam kepemimpinan sejati yaitu :
Q berarti
kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki
kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
Rangkuman kepemimpinan Q leader dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi
3C, yaitu :
·
Perubahan
karakter dari dalam diri (character chage).
·
Visi yang jelas
(clear vision).
·
Kemampuan atau
kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh
suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan
berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal,
kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain
(pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan).
BAB
III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Seorang
pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual
(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki
power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap
dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah
dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
Kata pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinanlahirdari
proses internal (leadership from the inside out).
Dari pembahasan diatas dapat kita
ambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin tidak seharusnya termanjakan untuk
pelayanan dari bawahan maupun instansinya.melainkan seorang pemimpin harus
melayani bawahannya maupun rakyatnya. Tentunya pimpinan merupakan amanah yang
diberikan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Seperti
yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin
sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan
hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi
pemimpin sejati.
DAFTAR PUSTAKA
Kartini
Kartono. Dr. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
1998.
YW.
Sunindhia, SH, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta, PT. Rineka Cipta,
1993.
Winardi.
Dr. SE, Asas-Asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1979.
Soeharto
Rujiatmojo Drs. Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara Di Indonesia,
1984, Jakarta.
Karjadi.
M. Kepemimpinan ( Leadership ), Bogor, 1987.
Tim
Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, 2008, Alfabeta, Bandung.
Morin,
Edgar. (2005). Tujuh Materi Penting bagi Dunia Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Shane,
H. G. (2002). Arti Pendidikan Bagi Masa Depan (Edisi Ketiga). Jakarta: PT
RajaGrafindo
Persada.
Suyami.
(2008). Konsep Kepemimpinan Jawa Dalam Ajaran Sastra Cetha dan Astha
Brata.
Yogyakarta: Kepel Press.