Saya adalah wanita biasa yang mempunyai impian besar,,entah bagaimana cara saya menggapainya..hanya cukup berusaha, berdoa dan percaya kepada Allah,,,it will be come true......^_^..Gomawoo

Selasa, 25 Maret 2014

Makalah Management



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Pesta Demokrasi dalam hal pemilihan pemimpin tiap daerah di era reformasi saat ini sudah sering kita temukan. Mulai dari pemilihan kepala desa, bupati, hingga gubernur terus mewarnai pesta demokrasi bangsa ini. Banyak terbentang spanduk dan baliho sang calon pemimpin daerah dengan janji-janji suci di dalamnya.Di media massa juga sering muncul gambar-gambar para calon pemimpim yang tidak lelah mengobral janjidan visi misi. Walaupun dirasakan tidak efektif, namun janji-janji para calon pemimpin masih manjur di telinga rakyat kecil seperti kita.

Masyarakat pada dasarnya merindukan sosok pemimpin yang bebaur dengan rakyat dan tegas terhadap kealalaian oknum-oknum staf pejabat yang menyalah gunakan kepercayaan rakat. Sosok yang diharapkan bisa memimpin rakyat menuju kesejahteraan dan juga perubahan. Ibarat pepatah kuno yang menyebutkan bahwa pemimpin pada hakekatnya “ing ngarso sung tulodo , ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”. Konsep yang telah diterapkan oleh pemimpin kharismatik seperti Nabi Muhammad , Mahatma Gandhi , Ir. Soekarno dan Jokowi di era baru sekarang ini.

2.      Tujuan .

Tujuan dari penulisan ini adalah terutama untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Manajemen serta untuk mengetahuipenegrtian dari kepemimpinn, apa sajakah tipe-tipe dari teori kepemimpinan itu, kesamaan, serta gaya apa saja yang ada dalam seorang pemimpin dalam hal ini lebih focus kepada Presiden Soekarno dan Gubernur DKI Joko Widodo.


3.      Ruang Lingkup Materi.

Menurut Teas ; Terry ; Hoyt (dalam Kartono,2003) penegrtian kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

Moejiono (2202) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat penagruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori suakrela  (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendeksaan penagruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin .

Arti beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemapuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemapuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompok , untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
























BAB II
PEMBAHASAN

1.1  HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami Hakikat Kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb:
1.                     Tanggung Jawab, bukan Keistimewaan

Ketika seorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu Lembaga atau Institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya. Bukan hanya dihadapan manusia, tapi juga dihadapan Alloh. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan, sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain  tidak mengistimewakan dirinya.

2.    Pengorbanan, Bukan Fasilitas
Menjadi Pemimpin atau Pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam Anggaran Belanja Negara atau Propinsi  dan tingkatan yang dibawahnyna terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3.    Kerja Keras, bukan Santai
Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimis
.
4.    Melayani, bukan Sewenang-wenang
Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus mempunyai visi-misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tiidak ada keinginan sedikitpun untuk membohongi rakyatnya, apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat, atau kepenntingan rakyat, padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga, atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalm kehidupan kita, maka ini adalah penghianat yang paling besar.

5.    Keteladanan dan  Kepeloporan, bukan Pengekor
Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika  seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan, bukanlah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.
Dan semua Hakekat kepemimpinan tersebut tercermin dari kepemimpinan Soekarno sebagai mantan presiden pertama republik Indonesia serta  Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini yang sebagai materi dalam pembahasan makalah kepemimpinan.


1.2  TEORI KEPEMIMPINAN  “Soekarno dan Jokowi”

Semua orang Indonesia tidak akan pernah lupa dengan sosok Soeakrno .Bapak bangsa, sekaligus proklamator kemerdekaan Replubik Indonesia.
Bung Karno begitu menekankan pentingnya Nasionalisme (paham Kebangsaan) Indonesia. Dalam pergerakan politiknya sejak muda hingga beliau memimpin Negara Repunlik Indonesia , nilai-nilai Nasionalismein ini begitu dikedepankan.Beliau Tahu bahwa Nasionalisme Indonesia lah yang mampu mempersatukan masyarakat Indonesia yang begitu heterogen , terdiri dari banyak seuku bangsa dan bahasa, dengan latar belakang budayanya masing-masing. 
Teori kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir Soekarno adalah teori sifat dan situasionalisme.
 Soekarno memulai karirnya sebagai pemimpin organisasi pada usia 26 tahun, tepatnya 14 Juli 1927. Pada saat itu beliau memimpin sebuah partai politik yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai arah perjuangan kemerdekaan bagi Indonesia. Hal ini mengakibatkan para pemimpin PNI termasuk Soekarno ditangkap dan diadili oleh pemerintahan kolonial Belanda. Tetapi pada saat di dalam proses pengadilan Soekarno malah menyampaikan pandangan politiknya mengenai gugatan terhadap pemerintahan yang terkenal denangan Indonesia Menggugat.

Sikap Soekarno sebagai pemimpin bangsa pada saat itu sangat menekankan pentingnya persatuan dalam nasionalisme, kemandirian sebagai sebuah bangsa dan anti penjajahan. Hal ini tercermin di dalam pidato-pidato beliau dalam menggelontarkan semnagat revolusi secara besar-besaran untuk lepas daari belenggu imperialisme. Akhirnya Soekarno berhasil menggelontarkan sengat revolusi dan mengajak berdiri diatas kkaki sendiri bagi bangsanya, walaupun belum sempat berhasil membawa rakyatnya dalam kehidupan yang sejahtera.
Konsep "Berdiri di atas kaki sendiri" memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggan pada eksitensi bangsa. Dari pada berdiri diatas utang luar negeru yang terbukti menghadirkan ketergantungfan dan ketidaknyamanan (neokolonialisme).


Ø     GAYA KEPEMIMPINAN SOEKARNO

Melihat bagimana seorang Soekarno memimpin di dalam sebuah organisasi maupun pemerintahan , menunjukkan perannya yang sentral sebagai seorang pemipin sejati, sebagai seorang inspirator , idealis dan sebagai simbol  perjuangan rakyat dalam menegakkan Negara yang berdaulat yang dapat dijadikan sebagai panutan. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno memiliki beberapa sifat kepemimpinan yang dibutuhkan oleh pemimpin yang mandiri diantaranya :

a)                     Kepemimpinan Yang Transformatif

Beliau mampu mendorong dan menggerakkan rakyat guna memafaatkan potensi dan kapabilitasnya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang tidak banyak berkeluh kesah , melainkan kepemimpinan yang memiliki daya juang dan motivasi tinggi. Sehingga kepemimpinannya mampu memotivasi dan menganspirasik bangsanya .

b)                    Kepemimpinan Visioner

Soekarno adalah pemimpin yang visioner yaitu kepemimpinan yang mapu melihat gambaran masa depan. Gambaran masa depan itu adalah cita-cita yang ingin dituju . Dengan visi itu, Beliau dapat mengarahkan dan mengerahkan segala kemampuan (capability) bangsa untuk mewujudkan visi tersebut. Kepemimpinan yang visioner adalah kepemimpinan yang mengetahui arah bangsa dalam setiap kecenderungan dan perubahan zaman.

c)                     Kepemimpinan Yang Kuat (Strong Leadership)

Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang tegas, jelas, berkarakter, yang menyatukan perkataan dengan perbuatan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar harus memiliki kepastian.Kepastian itu bisa berupa kepastian  tentang arah program dan kebijakan , serta kepastian keadilan dan hokum, maupun kepastian akses mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak.

d)                    Kepemimpinan Nasional – Kerakyatan

Kepemimpinan nasional kerakyatan adalah kepemimpinan yang memiliki sensitivitas kepedulian yang tinggi terhadap kepentingan nasional dan rakyat. Sehingga kebijakan politik atau ekonomi dari kepemimpinan haruslah  bermuara dan berorientasi pada kepentingan nasional dan masyarakat.

Gaung Reformasi Birokrasi di Indonesia mulai mengemuka kembali sejak lahir era reformasi tahun 1998, terutama setelah bangsa Indonesia dilanda macam permasalahan kritis yang tak berkesudahan dengan silih berganti permasalahan- permasalahan strategis muncul merupakan implikasi dari kelemahan system organisasi pemerintahan yang carut marut , termasuk akibat dari perilaku kepemimpinan organisasi di seluruh negeriini, yang tidak memiliki kemampuan memimpin organisasi yang baik ataupun bermutu. Perkembangan ekonomi yang tak kunjung meningkat , korupsi semakin membudaya , pelayanan publikpun tak kunjung prima, akbiat dari budaya suap disana sini semakin tidak dapat dikendalikan.Pelayanan public  yang berkualitas dan baik tak terlepas dari bagaimana kepemimpinan sebuah organisasi yang menjalankan roda administrasi pemerintahan sebagai garda paling depan dari sebuah birokrasi .

Permasalahan utama adalah pemerintah tidak atau belum memiliki dan membuat grand design reformasi berokrasi yang memiliki visi dan misi yang mengarah kepada pengembangan kreativitas , tujuan , sasaran , tim work  yang hendak di capai sebagai tujuan sebuah organisasi birokrasi. Dengan demikian jelaslah bila kita nmelihat kondisi yang terjadi di Republik Indonesia ini seperti sebuah Negara yang gagal (failed states) , maka tidak salah lagi jawabannya kunci untuk mengatasi kegagalan it uadalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualitas yang tinggi, yang dapat di raih apabila kita memilki  kepemimpinan Nasioal yang hebat  ,dan berkualitas dari berbagai macam aspek kemapuan.

Dahulu pemimpin yang cerdas dan tegas terangkum dalam diri Ir Soekarno, yang mana ia mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Dan saat ini  tugas pemimpin bangsa Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan serta memajukan bangsa.
Menurt Peter F Druker , para pemimpin bangsa abad 21 haruslah memiliki Sumber  Daya Manusia yang mempunyai kemampuan paling sedikit 3 bidang kemampuan atau kompetensi , (M.H Matondang ,2008) yaitu :
a)                     Kompetensi Pribadi (personal mastery)
o         Memiliki Integritas tinggi (jujur, loyal,beriman)
o         Memiliki visi yang jelas
o         Kreatif dan Inovatif
o         Tidak mudah merasa puas
o         Fleksibe; dan memiliki kematangan jiwa
o         Memilki wibawa dan kharismatik
o         Mempunyai idealism dan cinta tanah air (NKRI)

b)                     Kompetensi Kepemimpinan (leadership mastery)
o         Kempuan berkomunikasi
o         Memiliki kemampuan memotivasi orang lain
o         Memiliki kemampuan membuat keputusan yang cepat dan tepat
o         Memiliki kemampuan untuk mengelola konflik
o         Memiliki kemampuan berorganisasi
o         Memiliki kemampuan memimpin tim kerja
o         Memiliki kemampuan untuk mengendalikan stress

c)                     Kompetensi Organisasi (organzational  mastery)
o         Mampu mengembangkan organisasi
o         Memiliki ketrampilan operasioal
o         Memiliki kesadaran biaya yang tinggi (concontsciouseness)
o         Memiliki kemapuan manajemen stratejik
o         Memahami aspek makro dan mikro ekonomi
o         Mampu meraih peluang (entrepreneur thinking)
o         Mampu mengadakan pengkaderan generasi penerus

Kemudian dari tiga komponen besar ini maka pemimpin sebuah organisasi haruslah dapat memahami dan belajar siapa dirinya, apa yang berarti bagi kehidupannya, dan kemudian mempunyai keberanian untuk bertindak dan memperjuangkannya.
 Joko Widodo Gubernur DKI asal solo mendemonstrasikan model kepemimpinan tersebut dengan tidak mementingkan diri sendiri, terbukti ia sebelum dilantik membuat komitmen untuk tidak berbuat korupsi

Popularitas gubernur Jokowi saat ini sangat menguat. Kekuatannya melebihi pemimpin nasional populer yang sudah ada sekarang. Siapapun melihat Jokowi memiliki persepsi yang hampir sama. Siapapun memberikan nilai positif. Kalaupun ada yang mengkritik Jokowi akan menjadi bumerang bagi pengkritiknya. Sekalipun dikritik, dijelekkan, atau disindir, Jokowi tidak pernah repot menjawab atau membalas. Jokowi percaya diri dengan langkahnya, lebih baik kerja, blusukan, dan solusi nyata. jelasnya, profil Jokowi membuka mata bangsa ini akan seseorang pemimpin yang berbeda, pemimpin yang seolah-olah diidolakan, dibutuhkan, dan diharapkan.
Hal yang menonjol dilakukan oleh Jokowi adalah melakukan rebranding kota Solo yang dipimpinnya, yang semula buruk penataannya & banyak terjadi penolakan masyarakat untuk ditertibkan, menjadi bagian dari bagian dari Organisasi kota warisan dunia tahun 2006 dan bahkan tuan rumah Festival Musik Dunia. Kepemimpinan Jokowi pun diuji oleh pertengkaran dalam Keraton Surakarta dan berhasil pula didamaikan oleh beliau dengan melakukan pendekatan personal selama 8 (delapan) bulan.

Ditahun 2008, Jokowi menerima penghargaan dari Majalah Tempo sebagai salah satu dari “10 Tokoh 2008” yang dilanjutkan di tahun 2011 ketika menerima penghargaan Bintang Jasa Utama sebagai Kepala Daerah yang sukses mengabdikan dirinya kepada rakyat. Dan yang tidak kalah fenomenalnya ialah, Jokowi yang dahulu adalah pengusaha, menjabat sebagai Kepala Daerah Tingkat II Surakarta, dengan tidak bersedia menerima gaji. Jokowi dapat dikatakan sebagai simbol kepemimpinan baru yang sudah lama dinantikan sebagai alternatif pemimpin oleh warga negara RI saat ini yang sudah lelah dengan stagnansi kepemimpinan yang penuh dengan tindakan korupsi dan janji retorika kosong. Berikut tayangan YouTube dari CameoProject tentang Jokowi & Basuki dalam kampanye Pilgub Jakarta 2012 kemarin.
Menurut jokowi  zaman telah banyak berubah. Masyarakat jenuh dengan sosok pemimpin yang serba eksklusif. Untuk itu, pemimpin harus bisa bergaul secara horizontal, menyentuh rakyat dari akar rumput terbawah.. Jokowi menempatkan orang lain di depan dirinya adalah suatu kunci kepemimpinan sukses, sampai mau masuk ke dalam gorong-gorong drainase di jalan Mh Tamrin Jakarta unutk memberi contoh kepada birokrasi yang lain. Jokowi lakukan saat ia santun berpolitik dalam rangka meraih kursi walikota Solo, dan Gubernur DKI Jakarta , Ia mencoba unutk memberikan kartu pendidikan dan kesehatan gratis kepada masyarakat bawah, ia blusukan dengan pubik bawah , menengah , atas maupun kumuh.

Sosok Jokowi adalah figure yang cerdas dan pandai dalam memimpin kota solo dan Jakarta sebagai Ibukota Negara yang cukup rumit, komplek dalam segala konstelasi ekonomi , politik, social, agama, keamanan dan etnis. Namun model kepemimpinan transformasional inilah yang diopsi oleh Jokowi dengan dicampur dengan model kepemimpinan budaya jawa, lesehan,berna,moralis,demokratis dan karismatis, sehingga beliau disegani , disayangi , dihormati oleh rakyatnya.

Gaya kepemimpinan seperti inilah sekarang yang diidiam idamkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, semua masyarakat menanti  pemimpin negeri ini dimasa pasca SBY, bias lebih memposisikan sebagai pemimpin yang multi Jokowi saat ini agar bangsa ini semakin menajdi negeri yang terhormat dimata rakyat , dan bangsa lain di dunia ini. Sebagai eskpektasi yang tidak boleh putus asa.

Menganalisa kepemimpinan Jokowi perlu dilengkapi dengan karakter pribadinya

1)                     Simpel dan Efisien

Tampilan Jokowi saat blusukan menunjukkan betapa ia seorang yang efisien, Dalam blusukan , ia berpakaian sipil harian (kemeja panjang putih, dengan lengan dilipat), ditemani hanya beebrapa orang, dan relative jarang dikawal (tanpa protokoler resmi).  Ia tidak suka dikawal voorider dengan suara sirine. Sikap Jokowi ini benar- benar simple, tidak merepotkan dan efisien dalam biaya, Ia ingin tampil sederhana agar bias mendekati rakyat , memahami permasalahan rakyat , dan memeberikan kepercayaan untuk lahirnya solusi.
2)                     Substansi

Joko Widodo selalu berkata jujur  dan nyata tentang ruwetnya permasalahan Jakarta.Membenahi  lingkungan Jakarta serta kemacetan  yang semakin menjadi rutinitas diakui Jokowi sangan berat dalam penanganan. Akan tetapi keteguhan hati serta komitmen nya Gubernur DKI Jakarta tersebut terus mencari solusi dan jalan keluar untuk permasalahan yang saat ini menjadi proyek penyelesaiannya tersebut.Pernyataan yang tegas dan jelas itu mencerminkan sikap dalam memahami sesuatu dan melangkah . Sikap pemimpin seperti ini  membuat rakyat atau anak buahnyamerasa pasti , nyaman dan aman. Jajaran anak buahnya akan ikut tegas mematuhi pemimpinnya, dan tidak mudah dibawa kea rah kepentingan tertentu.

3)                     Rendah Hati dan Penyabar

Jokowi memperlihatkan seorang yan grendah hati. Ia tidak pernah menunjukkan kelebihan atau keberhasilan, sebaliknya ia lebih suka menyatakan berusaha, bekerja , blusukan. Meski popularitasnya naik, ia tetap biasa saja.Walaupun ia dikritik, diejek atau d irendahkan , ia pun menerima sebaga bahan evaluasi. Ia benar- benar sabar, tahan banting , tidak ada nada perlawanan, menunjukkan akhlak yang baik.


Beberapa Persamaan Model kepemimpinan Jokowi dan Presiden Soekarno :

ü     “Servant Leadership”           : merupakan kerangka kerja teoristis yang
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat sebagai                                                                                              motivasi  kunci seorang pemimpin . Selain itu tambah Larry Spears (1966) “Servant Leadership” menekan pendekatan holistic kepada pekerjaan , kepekaan terhadap kepentingan masyarakat dan pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan .

ü     “Listening”                            : Mendengar Aspirasi Rakyat.

ü     “empaty”                                : Merasakan penderitaan rakyat.


ü     “Awareness”                         : Kesadaran yang kental akan situasi yang     
  berhubungan  dengan rakyat .       
   
ü     “Direction”                            : Arahan langsung yang efektif terhadap staf – staf    
                                                                pegawai sehingga tercontrol salam suatu komando       
                                                               yang baik dan terarah.

ü     “Stewardship”                       :Memberikan kenyaman yang terbaik untuk  
             rakyatnya.

ü     “Innovation”                         : Menciptakan sesuatu yang baru (proses , system
kerja yang efekti dan effisien unutk kepentingan   rakyat.

ü     “Persuasion”                         : Dengan sama- sama mempunyai inerbeauty
karismatik   yang kuat , sehingga mampu merubah    sikap, perilaku,   bahkan keyakinan pihak lain dalam hal ini berbagai macam bentuk masyarakat yang dipimpin sehingg persuasinya cepat diterima oleh segenap masyarakat tanpa adanya paksaan.

             

1.3 Kepemimpinan Yang Melayani
Masalah gaya kepemimpinan adalah masalah selera dan pembawaan. Sehingga yang menilai pun akan sangat tergantung pada selera yang melihat.
Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan (Servant Leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.
Greenleaf (2000) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran seseorang ingin memimpin. Greenleaf (2002) mendifinisikan pemimpin yang melayani adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhann dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dann komunitasnya dan karenanya ia mendahulukan hal-hal tersebut dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja.

Keutamaan Kepemimpinan yang Melayani
Kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin (leader) dengan pengikut (followers) berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin-pelayan mempunyai tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin. Kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan pada semua bidang profesi,  organisasi, lembaga, perusahaan (bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.
Ciri – Ciri pemimpin yang Melayani :

1.            Memiliki Visi Pemimpin.

Visi adalah arah ke mana organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Pemimpin ibarat seorang nakhoda yang harus menentukan ke arah mana kapal dengan penumpangnya akan diarahkan. Visi sama pentingnya dengan navigasi dalam pelayaran. Semua awak kapal menjalankan tugasnya masing-masing, tetapi hanya nakhoda yang menentukan arah kapal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Visi pemimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa depan, pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi. Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya dan menjembatani masa kini dengan masa depan yang lebih baik sesuai kondisi (sosial politik, ekonomi dan budaya) yang diharapkan. Visi juga mengandung harapan-harapan (atau bahkan mimpi) yang memberi semangat bagi orang-orang yang dipimpin. Ada ungkapan bahwa pemimpin adalah “pemimpi” (tanpa n) yang sanggup mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Visi pemimpin-pelayan adalah memberi arah ke mana orang-orang yang dipimpin dan dilayani akan dibawa menuju keadaan yang lebih baik misalnya menyangkut : penanggulangan kemiskinan, pengangguran, perbaikan pendidikan dan rasa keadilan masyarakat. Burt Nanus dalam bukunya Kepemimpinan Visioner mengatakan : Tak ada mesin penggerak organisasi yang lebih bertenaga dalam meraih keunggulan dan keberhasilan masa depan, kecuali visi yang menarik, berpengaruh, dan dapat diwujudkan, serta mendapat dukungan luas.

2.            Orientasi pada Pelayanan.

Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan, bukan untuk mencari pujian atau penghormatan diri. Sikap melayani terutama ditujukan untuk mereka yang paling membutuhkan pelayanan. Ia harus berpihak kepada mereka yang secara sosial ekonomi, pendidikan dan sosial budaya membutuhkan pelayanan lebih besar. Pelayanan sejati didorong oleh rasa cinta kasih, bukan untuk mencari popularitas atau mendapatkan pamrih tertentu. Pelayanan sejati  adalah buah dari cinta kasih. Pada era otonomi daerah, setiap daerah berusaha memperjuangkan kenaikan anggaran belanja daerahnya. Namun sering timbul pertanyaan di kalangan masyarakat : Apakah dengan kenaikan anggaran belanja negara/ daerah terjadi juga perbaikan pada pelayanan masyarakat ? Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan masyarakat yang paling bawah karena ia memegang mandat mayoritas rakyat yang memerlukan pelayanan. Peningkatan pada anggaran belanja harus disertai dengan perbaikan pada pelayanan masyarakat, bukan sebaliknya memberi peluang pada penyalahgunaan keuangan negara/Daerah.

3.            Membangun Kepengikutan (Followership).

 Pemimpin-pelayan mengutamakan terciptanya kepengikutan (followership) karena dalam kenyataannya keberhasilan organisasi lebih banyak ditentukan oleh para pengikut atau para pemimpin di bawahnya. Penelitian yang dilakukan Profesor Robert E. Kelley, pelopor pengajaran Followership and Leadership dari Carnegie-Mellon Unversity, menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi 80 persen ditentukan oleh para pengikut (followers) dan 20 persen merupakan kontrubusi pemimpin (leader). Pengikut yang bekerja dengan semangat dan memiliki komitmen penuh akan menentukan keberhasilan pemimpin. Pemimpin yang bekerja sendiri (single player/ single fighter) dan tidak  menciptakan pengikut tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Pengalaman menunjukkan ada pemimpin yang secara pribadi memiliki kemampuan dan pandai, tetapi kurang berhasil dalam memimpin karena tidak menciptakan pengikut yang solid. Pemimpin-pelayan mengatakan setiap keberhasilan sebagai keberhasilan “kita” dari pada keberhasilan  “saya” atau “kami”. Sebaliknya apabila terjadi kegagalan, merupakan kegagalan “saya” dan pemimpin  bersedia memikul tanggungjawab.

4.            Membentuk Tim dan Bekerja dengan Tim.

Pemimpin-pelayan harus membentuk tim (team work) dan bekerja dengan tim tersebut. Ia meminta tim untuk mengikutinya, menjelaskan visi dan misi, serta mempercayakan timnya untuk bekerja. Pemilihan anggota tim atau staf/pembantu sangat penting agar ia dapat berhasil mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Ia harus pandai-pandai memilih orang-orang kaya arti yang mau bekerja keras untuk organisasi, bukan orang yang miskin arti yang tidak berbuat apa-apa, atau orang berlawanan arti yang cenderung menimbulkan masalah bagi organisasi. Diilustrasikan seperti sekelompok orang yang memikul beban (beban tugas organisasi), ada yang benar-benar memikul beban, ada yang pura-pura memikul dan ada yang bergelantungan pada beban yang dipikul. Pemimpin harus memiliki kejelian memilih anggota tim, antara lain melalui rekam jejak (track record), bakat (talenta), pekerja keras, kapabiltas, mentalitas dan moralitas anggota tim.

5.            Setia pada Misi.

 Kalau visi adalah arah ke depan ke mana bahtera organisasi akan dibawa, maka misi adalah bagaimana menjalankan tugas-tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pemimpin membuat rencana-rencana yang dikaitkan dengan jangka waktu tertentu, program-program kerja serta perangkat lain yang membantunya dalam menjalankan misi. Misi pemimpin-pelayan adalah melayani mereka yang membutuhkan. Ia harus selalu setia pada misi pelayanan dalam kondisi apa pun,  kondisi baik atau buruk, karena dengan demikian tujuan organisasi dapat dicapai. Kesetiaan pada misi, juga diterapkan secara konsisten dan konsekuen pada penggunaan anggaran negara/Daerah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, karena dana/anggaran itu berasal dari rakyat. Rambu-rambu peringatan untuk tetap setia pada misi sebenarnya telah diucapkan seorang pemimpin pada waktu melafalkan Sumpah Jabatan. Namun, dalam kenyataannya sumpah jabatan yang diucapkan “demi  Allah” seringkali dilanggar karena kelemahan sang pemimpin. Materialisme, hedonisme dan konsumerisme sedang mengepung kehidupan umat manusia, termasuk para pemimpin. Orang cenderung tergoda ingin memiliki materi lebih (having) ketimbang menjadi manusia yang lebih bermartabat (being).

6.            Menjaga Kepercayaan.

Menjadi pemimpin adalah menerima kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui organisasi atau pemerintah untuk memimpin rakyat. Pemimpin adalah orang-orang pilihan di antara sejumlah orang-orang lain dan pilihan itu didasarkan pada beberapa kelebihan tertentu yang menyebabkan ia dipercaya untuk menjadi pemimpin. Maka kepercayaan yang diterimanya harus dijaga dan dipelihara dengan membuktikan melalui tindakan-tindakan nyata melayani rakyat dan menghindari hal-hal yang membuat orang kehilangan kepercayaan kepadanya. Bila seorang pemimpin mengkhianati dan kehilangan kepercayaan dari organisasi dan rakyat yang dipimpinnya maka sebenarnya ia sudah kehilangan roh kepemimpinannya, walaupun jabatan formal sebagai pemimpin masih melekat padanya.

7.            Mengambil Keputusan.

 Keputusan pemimpin adalah kekuatan dalam memimpin dan mengelola organisasi. The power to manage is the power to make decision. Seorang pemimpin-pelayan harus berani mengambil keputusan yang membuktikan keberpihakannya pada rakyat kecil. Salah satu contoh : rakyat di desa memiliki keterampilan untuk membuat aneka kerajinan tangan yang khas tetapi tidak memiliki akses ke pasar. Mereka memiliki keterampilan memproduksi aneka kerajinan tangan tetapi mengalami keterbatasan modal kerja dan pemasaran produk-produk lokal yang dihasilkan. Pemimpin-pelayan dapat mengambil keputusan untuk mewajibkan masyarakat menggunakan produk lokal untuk membantu industri kecil / industri rumah tangga di desa-desa. Keputusan yang berpihak pada rakyat kecil akan didukung oleh masyarakat luas, apalagi bila dipelopori oleh para pemimpin / pejabat dengan menggunakan produk lokal.


Beberapa ciri dan keutamaan kepemimpinan yang melayani Antara  Jokowi dan Soeakrno 

Jokowi :
1.Tidak memakai Vorijder
Sudah lazim bagi seorang pejabat untuk menggunakan Vorijder. Apalagi untuk situasi di Jakarta yang sangat identik dengan kemacetan. Ada beberapa nilai positif yang bisa dipetik. Pertama, dengan ikur merasakan kemacetan, dia bisa memikirkan solusi yang lebih tepat dengan keadaan yang ada. Kedua, menumbuhkan rasa ikatan yang lebih kuat antara pemimpin dan rakyatnya, karena pemimpin mau ikut merasakan kendala yang terjadi dala kehidupan sehari-harinya. Ketiga, mengurangi ajang pamer kekuasaan. Vorijder toh tetap dibutuhkan, tapi dalam kapasitas dan waktu yang memang harus tepat.

2. Melantik Walikota di kampung kumuh

Terobosan yang menarik sekaligus luar biasa. Tidak banyak, bahkan mungkin belum ada kita temukan terobosan seperti ini. Nilai positif yang bisa diambil. Pertama, Masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan pemimpin mereka. Paling tidak ditengah kesibukan mejalani kehidupan keseharian, mereka bisa melihat secara langsung, ini toh lurah mereka. Ini toh camat mereka. dan ini toh walikota mereka. Kedua, (harusnya)  menimbulkan rasa dan keinginan yang lebih bagi pemegang keputusan untuk segera membenahi kampung-kampung kumuh tersebut, sehingga seperti apa yang dikatakan JOKOWI, dalam setahun 100 kampung kumuh bisa dibenahi bisa terealisasi.

3. Menaikkan UMP Jakarta menjadi 2,2 Juta rupiah.
Inilah sejarah kenaikan UMP terbesar yang pernah ada. Rata-rata kenaikan UMP berkisar 10-15%. Tapi dengan menaikkan UMP dari 1,53 Juta rupiah menjadi 2,2 juta rupiah, Jokowi telah menaikkan UMP sebesar 44%. Luar biasa memang. Walaupaun penuh dengan kontroversi dan keluhan dari pihak pengusaha, kebijakan ini akan tetap bergulir di 2013.

4. Keluar masuk pasar, berkeliling kampung, sidak kantor kecamatan dan kelurahan.
Kegiatan ini bahkan dilakukan Jokowi mulai hari pertama kepemimpinannya sebagai gubernur Jakarta. Sekali lagi, dengan mengetahui kondosi di lapangan Jokowi berharap bisa menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang ada. Walau masih merupakan rencana, kegiatan "keliling-kelilingnya" ini disinyalir akan menelurka keputusan bahwa : PKL akan dipindahkan dari Trotoar ke dalam Mall dan pembuatan apartemen di atas pasar. Layak ditunggu.

Soekarno :
Melihat bagaimana seorang Soekarno memimpin di dalam sebuah organisasi maupun pemerintahan, menunjukkan perannya yang sentral sebagai seorang pemimpin sejati, sebagai seorang inspirator, idealis dan sebagai simbol perjuangan rakyat dalam menegakkan negara yang berdaulat yang dapat dijadikan sebagai panutan. Akan tetapi,ia akhirnya dijadikan kambing hitam atas peristiwa yang mengakibatkan kekacauan politik di masa akhir kepemimpinannya. Dan gaya yang diterapkannya jelas menunjukkan bahwa Soekarno merupakan tipe pemimpin yang demokratis dengan mengedepankan semangat persatuan di atas kepentingan golongan, kelompok, ras, suku,agama tertentu akan tetapi juga ada yang menilainya sebagai pemimpin yang bertipe otoriter karena terkesan memaksakan kebijakan pemerintahannya kepada lembaga legislatif pada saat itu. Sebagai seorang pemimpin sejati soekarno mampu membawa arah perjuangan tetap konsisten meskipun banyaknya rintangan yang dihadapinya. Dapat dijadikan contoh ketika beliau berkali-kali dipenjara oleh pemerintahan kolonial, beliau tetap tegar bahkan semakin lantang dalam menentang penjajahan sampai memperoleh kemerdekaannya. Dalam hal sebagai inspirator atau seorang idealis Soekarno dapat menunjukkan prestasinya melalui rumusan Pancasila yang menjadi dasar negara hingga sekarang disamping pemikiran-pemikiran yang lain seperti Marhaenisme, kemandirian untuk hidup di atas kaki sendiri, nasionalisme persatuan di atas perbedaan yang ada di dalam negara dan satu idealisme yang kontroversial mengenai konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis) demi tercapainya persatuan bangsa mencapai eksistensinya di dalam mempertahankan kemerdekaan. Sebagai pemimpin yang idealis, Soekarno tidak mudah terpengaruh dengan keadaan bangsa ketika dihadapkan pada situasi yang sedang gawat. Beliau tetap berada untuk berada di atas prinsipnya sendiri dan menghindari campur tangan asing. Idealis seperti ini tercermin dengan seringnya pergantian sistem pemerintahan demi mengatasi masalah di dalam keadaan yang berbeda-beda. Bahkan idealismenya terlihat agak otoriter karena harus memaksakan keputusannya dalam mengatasi krisis dengan dekrit presiden, dan mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup misalnya. Pada masa perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa, Soekarno layak disebut sebagai simbol perjuangan karena pada saat itu beliau mampu tampil sebagai diplomat dan orator yang mampu mengobarkan semangat perjuangan rakyat. Keberanian beliau terlihat ketika menyuarakan secara berapi-api tentang revolusi nasional, antineokolonialisme dan imperialisme. Dan juga kepercayaannya terhadap kekuatan massa,kekuatan rakyat. Beliau adalah seorang pemimpin yang rendah hati disamping sebagai seorang pemberani. Sifat ini dapat dilihat dari dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Beliau berkata “Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” Maka pantas apabila beliau dijadikan simbol perjuangan rakyat karena ketulusannya demi dan untuk rakyatnya.
Pada akhirnya, Soekarno tetaplah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahaan yang harus beliau bayar dengan melepaskan jabatannya sebagi Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada akhir jabatannya beliau dianggap bersalahdengan terjadinya tragedi G 30 S PKI yang mengakibatkan beliau harus menjadi kambing hitam (as scapegoat) atas terjadinya peristiwa itu dan harus turun tahta dari pemimpin bangsa setelah beliau berhasil mengawalinya.


1.4 Kepemimpinan Sejati
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika kkeberaniannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah  seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari  luar, melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam siri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan social dan  bagi negerinya.
Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sifat dan karakter pemimpin sejati melekat kepada dua tokoh pemimpin yaitu Ir. Soekarno dan Joko Widodo. Mereka selalu mampu melayani rakyatnya dengan sabar. Mereka sering menuai gagasan – gagasan atau ide – ide yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyatnya. Kedua pemimpin tersebut mempunyai unsur Q leader dalam kepemimpinan sejati yaitu :
Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
Rangkuman kepemimpinan Q leader  dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
· Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).
· Visi yang jelas (clear vision).
· Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).

Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan).




BAB III
PENUTUP

1.1  KESIMPULAN
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinanlahirdari proses internal (leadership from the inside out).
Dari pembahasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin tidak seharusnya termanjakan untuk pelayanan dari bawahan maupun instansinya.melainkan seorang pemimpin harus melayani bawahannya maupun rakyatnya. Tentunya pimpinan merupakan amanah yang diberikan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.





DAFTAR PUSTAKA

Kartini Kartono. Dr. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
YW. Sunindhia, SH, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1993.
Winardi. Dr. SE, Asas-Asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1979.
Soeharto Rujiatmojo Drs. Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara Di Indonesia, 1984, Jakarta.
Karjadi. M. Kepemimpinan ( Leadership ), Bogor, 1987.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, 2008, Alfabeta, Bandung.
Morin, Edgar. (2005). Tujuh Materi Penting bagi Dunia Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Shane, H. G. (2002). Arti Pendidikan Bagi Masa Depan (Edisi Ketiga). Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Suyami. (2008). Konsep Kepemimpinan Jawa Dalam Ajaran Sastra Cetha dan Astha
Brata. Yogyakarta: Kepel Press.